REPUBLIKA.CO.ID, Guna meluruskan teori dan doktrin kedok teran yang
dianggapnya keliru itu, Al-Nafis lalu menggambar diagram yang melukiskan
bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam sistem fisiologi (kefaalan) yang
dikembangkannya.
Karya Al-Nafis dalam bidang kedokteran dituliskannya dalam kitab “Sharh Al-Adwiya Al-Murakkaba”, komentar Al-Nafis terhadap kitab karya Ibnu Sina yang berjudul “Canon of Medicine”. Ia juga menulis buku “Commentary on Anatomy in Avicenna’s Canon” pada tahun 1242 M.
Selain memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kedokteran, Al-Nafis yang juga dikenal sebagai ilmuwan serba bisa itu turut berjasa mengembangkan ilmu keislaman.
Al-Nafis berhasil menulis sebuah metodelogi hadis yang memperkenalkan sebuah klasifikasi ilmu hadis yang lebih rasional dan logis. Al-Nafis pun dikenal sebagai seorang sastrawan. Ia menulis “Theologus Autodidactu” salah satu novel filosofis pertama dalam khazanah karya sastra Arab pertama.
Lalu bagaimana sebenarnya jejak hidup sang dokter kondang itu? Sejatinya, Al-Nafis memiliki nama lengkap Ala Al-Din Abu Al-Hassan Ali ibn Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi.
Selain dikenal sebagai dokter, Al-Nafis juga merupakan pakar anatomi, fisiologi, bedah, ophtamologi, penghafal Alquran, ahli hadis, ahli hukum, novelis, sosiolog, sastrawan, astronomi, ahli bahasa, dan sejawaran.
Al-Nafis terlahir pada tahun 1213 M di Damaskus, Suriah. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Rumah Sakit Al-Nuri Damaskus. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan, karena semasa remaja dan muda menimba banyak ilmu.
Ketika berusia 23 tahun, Al-Nafis memutuskan hijrah ke Kairo, Mesir. Ia memulai karirnya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit Al-Nassri dan Rumah sakit Al-Man souri. Di rumah sakit itulah, dia menjadi dokter kepala.
_________________________________________________________________________________
disadur dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/16/m8ur53-ibnu-alnafis-bapak-fisiologi-sirkulasi-2
Karya Al-Nafis dalam bidang kedokteran dituliskannya dalam kitab “Sharh Al-Adwiya Al-Murakkaba”, komentar Al-Nafis terhadap kitab karya Ibnu Sina yang berjudul “Canon of Medicine”. Ia juga menulis buku “Commentary on Anatomy in Avicenna’s Canon” pada tahun 1242 M.
Selain memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kedokteran, Al-Nafis yang juga dikenal sebagai ilmuwan serba bisa itu turut berjasa mengembangkan ilmu keislaman.
Al-Nafis berhasil menulis sebuah metodelogi hadis yang memperkenalkan sebuah klasifikasi ilmu hadis yang lebih rasional dan logis. Al-Nafis pun dikenal sebagai seorang sastrawan. Ia menulis “Theologus Autodidactu” salah satu novel filosofis pertama dalam khazanah karya sastra Arab pertama.
Lalu bagaimana sebenarnya jejak hidup sang dokter kondang itu? Sejatinya, Al-Nafis memiliki nama lengkap Ala Al-Din Abu Al-Hassan Ali ibn Abi-Hazm Al-Qarshi Al-Dimashqi.
Selain dikenal sebagai dokter, Al-Nafis juga merupakan pakar anatomi, fisiologi, bedah, ophtamologi, penghafal Alquran, ahli hadis, ahli hukum, novelis, sosiolog, sastrawan, astronomi, ahli bahasa, dan sejawaran.
Al-Nafis terlahir pada tahun 1213 M di Damaskus, Suriah. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Rumah Sakit Al-Nuri Damaskus. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan, karena semasa remaja dan muda menimba banyak ilmu.
Ketika berusia 23 tahun, Al-Nafis memutuskan hijrah ke Kairo, Mesir. Ia memulai karirnya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit Al-Nassri dan Rumah sakit Al-Man souri. Di rumah sakit itulah, dia menjadi dokter kepala.
_________________________________________________________________________________
disadur dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/16/m8ur53-ibnu-alnafis-bapak-fisiologi-sirkulasi-2
ConversionConversion EmoticonEmoticon