REPUBLIKA.CO.ID, Setelah enam tahun mengabdikan diri dua rumah sakit di
kota Kairo itu, pada 1242 M, Al-Nafis mempublikasikan karyanya yang
berjudul “The Commentary on Anatomy in Avicenna’s Canon”.
Dalam kitab itulah, ia berhasil mengungkapkan penemuannya dalam anatomi manusia. Penemuannya yang paling penting adalah mengenai sirkulasi paru-paru dan jantung.
Menginjak usia 31 tahun, Al-Nafis kembali menyelesaikan karyanya yang lain yang berjudul “The Comprehensive Book on Medicine”. Kitab itu sudah dipublikasikan dalam 43 volume pada tahun 1243 M - 1444 M.
Selama lebih dari satu dasawarsa berikutnya, Al-Nafis berhasil menyelesaikan karyanya di bidang kedokteran hampir 300 volume. Namun, dia hanya mempublikasikan 80 volume.
Sejarah mencatat The Comprehensive Book on Medicine merupakan ensiklopedia kedokteran terbesar di zamannya. Pencapaian luar biasa yang ditorehkan Al-Nafis ketika itu dihasilkan dalam situasi politik yang tak menentu.
Pasalnya, ketika itu umat Islam di Mesir tengah menghadapi ancaman Perang Salib dan invasi bangsa Mongol.
Setelah Hulagu Khan bersama pasukan barbarnya meluluh-lantakan kota metropolis intelektual dunia, Baghdad pada tahun 1258, setahun kemudian tentara Mongol mencaplok Suriah. Untunglah, keberingasan Mongol tak sampai ke Mesir.
Pada tahun 1960, kekusaan Mongol dari Suriah berhasil diusir Sultan Mesir, Baibars, setelah memenangkan pertempuaran Ain Jalut. Sejak tahun 1260 M hingga tahun 1277 M, Ibnu Nafis mengabdikan diri menjadi dokter pribadi Sultan Baibars.
Sebagai seorang penghafal Alquran dan ahli hadis, Al-Nafis memiliki latar belakang keagamaan yang begitu kuat. Ia ternyata seorang Muslim Sunni ortodoks. Al-Nafis merupakan seorang sarjana di Sekolah Fikih Syafi’i. Dalam bidang filasafat, dokter serba bisa itu juga menulis beberapa karyanya. Selain mengabdikan diri sebagai dokter, Al-Nafis pun mengajarkan Alquran dan hadis.
Sang ilmuwan besar itu tutup usia pada 17 Desember 1288 atau 11 Dzulqa’dah 687 H. Di akhir hayatnya, Al-Nafis menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik yang dimilikinya kepada Rumah Sakit Mansuriyah agar digunakan bagi kepentingan masyarakat.
_________________________________________________________
disadur dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/16/m8urdx-ibnu-alnafis-bapak-fisiologi-sirkulasi-3
Dalam kitab itulah, ia berhasil mengungkapkan penemuannya dalam anatomi manusia. Penemuannya yang paling penting adalah mengenai sirkulasi paru-paru dan jantung.
Menginjak usia 31 tahun, Al-Nafis kembali menyelesaikan karyanya yang lain yang berjudul “The Comprehensive Book on Medicine”. Kitab itu sudah dipublikasikan dalam 43 volume pada tahun 1243 M - 1444 M.
Selama lebih dari satu dasawarsa berikutnya, Al-Nafis berhasil menyelesaikan karyanya di bidang kedokteran hampir 300 volume. Namun, dia hanya mempublikasikan 80 volume.
Sejarah mencatat The Comprehensive Book on Medicine merupakan ensiklopedia kedokteran terbesar di zamannya. Pencapaian luar biasa yang ditorehkan Al-Nafis ketika itu dihasilkan dalam situasi politik yang tak menentu.
Pasalnya, ketika itu umat Islam di Mesir tengah menghadapi ancaman Perang Salib dan invasi bangsa Mongol.
Setelah Hulagu Khan bersama pasukan barbarnya meluluh-lantakan kota metropolis intelektual dunia, Baghdad pada tahun 1258, setahun kemudian tentara Mongol mencaplok Suriah. Untunglah, keberingasan Mongol tak sampai ke Mesir.
Pada tahun 1960, kekusaan Mongol dari Suriah berhasil diusir Sultan Mesir, Baibars, setelah memenangkan pertempuaran Ain Jalut. Sejak tahun 1260 M hingga tahun 1277 M, Ibnu Nafis mengabdikan diri menjadi dokter pribadi Sultan Baibars.
Sebagai seorang penghafal Alquran dan ahli hadis, Al-Nafis memiliki latar belakang keagamaan yang begitu kuat. Ia ternyata seorang Muslim Sunni ortodoks. Al-Nafis merupakan seorang sarjana di Sekolah Fikih Syafi’i. Dalam bidang filasafat, dokter serba bisa itu juga menulis beberapa karyanya. Selain mengabdikan diri sebagai dokter, Al-Nafis pun mengajarkan Alquran dan hadis.
Sang ilmuwan besar itu tutup usia pada 17 Desember 1288 atau 11 Dzulqa’dah 687 H. Di akhir hayatnya, Al-Nafis menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik yang dimilikinya kepada Rumah Sakit Mansuriyah agar digunakan bagi kepentingan masyarakat.
_________________________________________________________
disadur dari : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/16/m8urdx-ibnu-alnafis-bapak-fisiologi-sirkulasi-3
ConversionConversion EmoticonEmoticon